Ngopi Sore dengan Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema Borobudur 2025

Day 11 – Borobudur – Sore setelah jelajah bukit, saya merasa butuh jeda sebelum lanjut ke agenda berikutnya. Kaki mulai pegal, baju sedikit berdebu, tapi kepala masih penuh pemandangan hijau yang baru saja saya lihat. Di momen itulah saya memutuskan untuk berhenti sejenak menikmati kopi menoreh Kedai Bukit Rhema, mencari tempat ngopi santai ditemani camilan ringan. Saya ingin duduk tenang, memegang cangkir hangat, sambil membiarkan suasana sore pelan-pelan mereda.
Baca Juga : Rekomendasi Cafe Borobudur

Kenapa Saya Memilih Ngopi di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema?
Buat saya, setiap kota selalu punya cerita lewat kopi lokalnya. Di sekitar Borobudur dan Pegunungan Menoreh, nama kopi menoreh sering muncul saat ngobrol dengan warga atau melihat spanduk kecil di pinggir jalan. Jadi ketika tahu ada area khusus Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema, rasanya sayang kalau dilewatkan begitu saja.
Baca Juga: Ayam Bakar Kedai Bukit Rhema: Makan Siang Santai Usai Tur Gereja Ayam
Ekspektasi saya sederhana:
- Dapat kopi lokal yang diseduh dengan serius, bukan sekadar pelengkap menu.
- Bisa duduk di tempat yang punya vibes sore yang tenang, bukan terlalu bising.
- Ada spot foto yang enak dipakai mengabadikan momen, tanpa harus terlalu banyak gaya.
Lokasi Kedai Bukit Rhema yang berada di area tinggi membuat suasananya berbeda dengan kafe desa di bawah. Dari area duduk, saya bisa melihat perbukitan dan lembah yang mulai diselimuti cahaya sore. Buat kamu yang senang mencari tempat istirahat setelah naik-turun tangga atau jelajah bukit, area kopi ini terasa seperti “ruang transisi” sebelum kembali ke dunia ramai.
Pengalaman Ngopi dan Nyemil: Dari Pesan Sampai Seruput Terakhir
Begitu sampai di area kedai, saya langsung menuju bagian pemesanan. Papan menu tertata rapi, pilihan kopi dan minuman lain ditulis jelas. Kalau kamu baru pertama kali datang, jangan ragu tanya ke staf atau barista; mereka cukup sigap menjelaskan perbedaan menu.
Proses Pesan dan Waktu Tunggu
Saya memesan satu cangkir kopi menoreh panas dan satu porsi snack untuk menemani sore itu. Sistem pemesanannya sederhana: pilih menu, bayar, lalu tunggu di meja.
Waktu tunggu sekitar 5–10 menit, tergantung jumlah pengunjung. Menurut saya ini waktu yang masih nyaman, apalagi sambil menikmati angin sore dan melihat aktivitas pengunjung lain. Sambil menunggu, saya perhatikan alur pelayanan:
- Pesanan dicatat dengan rapi.
- Barista menyiapkan kopi satu per satu.
- Camilan digoreng atau dipanaskan tidak terlalu jauh dari area bar.
Tidak ada drama antrian panjang, tapi kamu tetap bisa merasakan bahwa minumanmu diproses dengan cukup serius.
Rasa Kopi Menoreh di Cangkir
Saat cangkir kopi tiba di meja, aromanya langsung terasa. Bukan aroma yang terlalu tajam, tapi cukup untuk mengundang rasa ingin tahu. Ketika saya menyeruput pertama kali, karakter rasanya terasa seimbang:
- Pahitnya hadir, tapi tidak menusuk.
- Asamnya ada, namun masih dalam batas nyaman.
- Aftertaste-nya lembut, menyisakan kesan sedikit manis alami di ujung lidah.
Body kopi berada di tingkat sedang, sehingga masih nyaman diminum pelan-pelan. Buat kamu yang belum terlalu terbiasa dengan kopi hitam, rasa seperti ini cukup ramah. Kalau kamu butuh sedikit penyesuaian, meminta tambahan gula juga bukan hal yang sulit.
Kopi seperti ini paling pas dinikmati sore hari, ketika matahari mulai miring dan udara terasa lebih adem. Ada rasa tenang yang muncul ketika tangan hangat memegang cangkir dan pandangan dibiarkan mengembara ke perbukitan.
Camilan Sore Pendamping Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema
Ngopi sore tanpa camilan rasanya memang kurang lengkap. Camilan yang saya pesan ukurannya cukup pas untuk sharing kecil atau dinikmati sendiri tanpa membuat terlalu kenyang. Teksturnya cenderung renyah di luar dan lembut di dalam, membuat tiap gigitan terasa cocok dipadukan dengan seruput kopi berikutnya.
Polanya sederhana: satu gigitan camilan, satu seruput kopi, lalu jeda sebentar untuk menikmati suasana. Dengan cara itu, satu jam di kedai terasa penuh tapi tidak terburu-buru. Cocok untuk kamu yang ingin memberi jeda di tengah rencana wisata yang padat.
Suasana Sore: Cahaya Miring, Angin Pelan, dan View yang Menenangkan
Salah satu alasan kuat kenapa saya betah adalah suasana sore di area kedai ini. Sekitar pukul 15.00–17.00, kedai biasanya mulai terasa lebih ramai karena banyak orang datang setelah selesai beraktivitas atau tur. Namun keramaiannya masih ada batas nyaman, tidak sampai membuat suasana terasa sesak.

Cahaya matahari yang masuk lembut, tidak lagi terik. Angin pelan beberapa kali menyentuh wajah, membawa aroma tanah dan pepohonan dari sekitar bukit. Ketika kamu duduk menghadap pemandangan, rasanya seperti berada di antara dua dunia: satu sisi masih dalam suasana wisata, sisi lain sudah mulai mengarah ke momen pulang.
Buat kamu yang suka foto-foto, jam-jam ini ideal:
- Kopi dan snack di meja terlihat menarik ketika difoto dari atas.
- Latar belakang hijau perbukitan bisa jadi konteks yang kuat bahwa kamu sedang di area Borobudur, bukan di kafe biasa di tengah kota.
Kalau datang bersama teman atau keluarga, suasana seperti ini membuat obrolan kecil terasa lebih mengalir. Tidak perlu topik berat, cukup cerita singkat tentang kesan hari itu saja sudah cukup mengisi sore.
Info Praktis: Dari Parkir sampai Durasi Nongkrong
Supaya tidak kaget ketika datang, beberapa informasi praktis ini bisa kamu jadikan pegangan.
Jam Ramai dan Durasi Ideal
- Jam paling ramai: sekitar 15.00–17.00, terutama saat akhir pekan atau musim liburan.
- Durasi kunjungan ideal: sekitar 40–60 menit sudah cukup untuk pesan, menunggu, menikmati kopi, camilan, serta foto-foto tipis-tipis.
Kalau kamu tipe yang suka duduk lebih lama, tentu saja boleh. Tapi untuk kamu yang sedang dalam perjalanan keliling Borobudur, alokasi satu jam di sini terasa pas dan tidak mengganggu agenda lain.
Lihat lokasi: Google Maps
Parkir dan Akses ke Kedai
Untuk urusan parkir, area parkir motor dan mobil untuk pelanggan cukup luas. Ini penting, terutama untuk rombongan keluarga atau group kecil yang datang dengan lebih dari satu kendaraan. Dari parkiran, kamu tinggal mengikuti jalur yang sudah diarahkan menuju area Kedai Bukit Rhema.
Soal sejak kapan tempat ngopi ini beroperasi, saya tidak mendapat informasi detail tahunnya. Namun dari cara mereka menata area, terasa bahwa konsepnya sudah dipikirkan cukup matang: pengunjung habis jelajah lalu diarahkan ke tempat istirahat yang nyaman.
Ngobrol Singkat dengan Karyawan: Dari Single Origin sampai QRIS
Saya percaya, banyak cerita yang tidak tertulis di menu bisa kamu dapatkan hanya dengan bertanya sedikit. Waktu itu saya sempat ngobrol singkat dengan salah satu staf, dan inilah rangkumannya:
- Single Origin Kopi Menoreh
Mereka menggunakan kopi dari petani lokal sekitar Menoreh. Tujuannya agar karakter kopi tetap khas daerah sini dan sekaligus mendukung hasil panen lokal. Rasa yang dihadirkan dibuat seimbang supaya aman bagi pengunjung yang belum terbiasa dengan kopi kuat. - Pilihan Menu Non-Kopi
Tidak semua orang minum kopi, dan mereka menyadari itu. Karena itu, tersedia juga menu non-kopi seperti teh, cokelat, dan beberapa minuman segar lain. Jadi kalau kamu datang dengan keluarga atau teman yang tidak minum kopi, semua tetap bisa ikut duduk dan menikmati sesuatu. - Spot Foto Favorit Pengunjung
Menurut staf, banyak pengunjung yang suka foto dengan latar perbukitan dan bangunan ikonik di area Bukit Rhema. Ada juga yang suka mengatur cangkir kopi dan camilan di meja dekat pagar atau jendela, karena cahaya sore di sana cukup lembut dan enak untuk foto. - Metode Pembayaran
Untuk urusan bayar, mereka sudah mengikuti kebiasaan wisatawan masa kini: tunai dan non-tunai (QRIS) bisa dipakai. Ini memudahkan kamu yang jarang bawa uang cash terlalu banyak ketika bepergian.
Dari obrolan singkat ini, saya menangkap bahwa mereka tidak hanya fokus menjual produk, tapi juga memikirkan kenyamanan pengunjung di banyak sisi.
Kalau Dibanding Kafe Desa Sekitar, Apa Bedanya?
Di sekitar Borobudur, banyak kafe desa yang juga menawarkan kopi lokal dan suasana santai. Biasanya konsepnya rumahan, dekat dengan aktivitas warga, dan punya nuansa yang hangat. Saya pribadi juga suka kafe seperti itu.
Tapi ketika bicara soal Kopi Menoreh di Kedai Bukit Rhema, ada beberapa hal yang menurut saya jadi pembeda:
Letak di Ketinggian
Dari sini, pandangan mata bisa menjangkau lebih luas. Kamu tidak hanya melihat jalan desa, tapi juga perbukitan dan area hijau di kejauhan. Ini memberi sensasi “keluar dari rutinitas” yang cukup kuat.
Nyambung dengan Jalur Wisata
Banyak pengunjung yang datang ke sini setelah naik ke area gereja ayam atau jelajah bukit. Artinya, kedai ini menjadi bagian alami dari rute wisata, bukan sekadar tempat nongkrong terpisah.
Vibes Sore yang Khas Wisata Bukit
Perpaduan suara obrolan pelan, suara angin, dan langkah kaki pengunjung yang baru turun dari area wisata memberi suasana yang cukup sulit digantikan. Di sini, sore hari terasa punya ritme sendiri.
Tanpa harus membandingkan secara tajam, saya bisa bilang tempat ini cocok buat kamu yang ingin ngopi dengan view, harga tetap masuk akal, dan suasana yang khas area bukit.
Tips Kunjungan Biar Sore Kamu Makin Nyaman
Supaya pengalamanmu maksimal, beberapa tips ini bisa kamu pakai:
Atur Waktu Datang
Kalau ingin suasana lebih tenang, kamu bisa datang sedikit lebih awal, sekitar sebelum jam 15.00.
Kalau ingin merasakan ramainya pengunjung, suasana hidup, dan kesempatan melihat lebih banyak aktivitas, datanglah sekitar 15.00–17.00.
Komunikasikan Preferensi ke Barista
Jangan ragu bilang ke staf atau barista soal kebiasaanmu minum kopi:
- Apakah biasa minum kopi hitam tanpa gula.
- Apakah lebih suka rasa yang ringan.
- Atau baru pertama kali mencoba kopi lokal seperti ini.
Dengan begitu, mereka bisa membantu memilihkan jenis minuman atau penyesuaian sederhana yang bikin kamu lebih nyaman.
Pesan Camilan Sekalian di Awal
Supaya alur makan-minum tidak putus, lebih enak kalau kamu pesan camilan sekalian bersama kopi. Dengan begitu, kamu bisa menikmati semuanya dalam satu ritme: datang, duduk, ngobrol, makan, minum, lalu foto-foto.
Manfaatkan Spot Foto Tanpa Mengganggu Orang Lain
Ada beberapa sudut yang enak untuk foto, seperti:
- Meja yang menghadap ke perbukitan.
- Area dengan pagar atau jendela yang terbuka.
- Sudut yang sedikit lebih tinggi sehingga background terlihat lebih luas.
Kalau ingin foto di dekat orang lain, usahakan tetap sopan, minta izin singkat, atau tunggu momen yang lebih senggang.
Ramah untuk Rombongan Kecil dan Keluarga
Meski ini area ngopi, suasananya masih cukup nyaman untuk rombongan kecil atau keluarga. Anak-anak bisa ikut menikmati camilan, sementara orang dewasa menikmati kopi dan obrolan. Yang penting, atur waktu kunjungan agar tidak terlalu malam jika membawa anak kecil.
Jadi Wajib Ngopi di Sini Nggak, Nih?
Kalau kamu tanya sejujurnya, untuk saya ngopi di Kopi Menoreh Kedai Bukit Rhema itu Wajib kalau kamu sudah sampai Borobudur dan naik ke area Bukit Rhema. Bukan karena tempat ini “harus viral”, tapi karena pengalaman sore di sini terasa lengkap dengan tiga hal penting:
Vibes – suasana sore yang tenang, dengan pemandangan bukit dan aktivitas pengunjung yang baru turun dari area wisata.
Murah – harga kopi dan snack masih tergolong ramah di kantong wisatawan, apalagi kalau kamu bandingkan dengan pengalaman yang kamu dapatkan.
Khas – rasa kopi lokal Menoreh, cara penyajian, dan konteks tempatnya membuat pengalaman ngopi di sini punya karakter sendiri, bukan sekadar numpang duduk.
Jadi, kalau kamu sedang menyusun itinerary Borobudur, coba sisipkan satu jam untuk berhenti di Kedai Bukit Rhema, pesan kopi menoreh dan snack, lalu duduk menatap perbukitan. Biarkan sore berjalan pelan, dan biarkan dirimu pulang bukan hanya dengan foto, tapi juga dengan ingatan bahwa kamu pernah memberi waktu untuk benar-benar berhenti dan menikmati suasana.






2 comments